Sabtu, April 20, 2013

Apa Kabarmu Sayang?

"drrtt...drrtt..." begitulah suara getaran handphone yang membuatku terbangun.
"Siapa sih SMS pagi-pagi buta begini" omelku sendiri.
-Pesan-
From: Sayang.

Hai, selamat pagi sayang. Aku tunggu disekolah nanti ya. Sampai bertemu.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Loh ada apa ini? Kenapa dia menungguku? Bukankah kita beda sekolah?" heranku bertanya pada hati.
Jam pun menunjukan pukul 6.55 saatnya aku harus berangkat ke sekolah, dengan penuh tanda tanya ada apa dia menungguku di sekolah. Sesampai di sekolah aku mencari-cari sosok yang menungguku sejak tadi, namun nihil batang hidungnya pun tak terlihat dengan rasa sedih pun aku kembali ke kelas.
"Kriinggg,,,,,krriingggg" bel tanda pulang sekolah berbunyi, menandakan saatnya aku harus kembali ke rumah. 
"Hmmm, kemana dia? Bukankah dia seharusnya ada disini? Mengapa dia tak kunjung terlihat?" tanyaku dalam hati.
Saat aku menunggu jemputan aku merasa ada seseorang yang sedang memperhatikanku, aku toleh ke kanan dan ke kiri tak ada yang sedang memperhatikanku. Namun mobil sedan berwarna hitampun menarik perhatianku, tiba-tiba sosok laki-laki turun dari mobil tersebut aku mengenali sosok laki-laki tersebut. 
"Hai sayang, sudah lama menungguku?" sapa laki-laki yang sudah membangunkanku di pagi buta tadi..
"Aku pikir kau menungguku tadi pagi, ada apa mencariku sampai kemari?" tanyaku penuh heran.
"Hahaha, ternyata kau sudah menungguku sejak tadi ya. Aku hanya ingin pergi nonton bersamamu, apakah kau bersedia?"
"Baiklah, asalkan kau yang mentraktirku apakah kau setuju?" godaku padanya.
"Deal, ayo masuk ke mobil mumpung sedang ada film bagus di bioskop" sambil dengan gerakan cepat tangannya menggenggamku dan membukakan pintu mobil untukku.
Mobil sedan hitampun sudah meninggalkan sekolahku, didalam mobil dia selalu menggenggam tanganku itu yang membuatku selalu nyaman berada disampingnya. Seakan inginku hentikan waktu disini, agar aku bisa lebih lama menggenggamnya dan melihat senyuman manis yang ia miliki.
Sesampainya kami di Mall P, kami langsung bergegas kedalam untuk mengantri tiket. Dia sangat sopan memperlakukanku, dia memberitahuku untuk menunggu di salah satu cafe karena antrian sangat panjang. Aku hanya bisa meng-"iya"-kan suruhannya.
"Sayang, aku dapet tiket nih tapi sore sekitar jam 3-an. Kamu tidak apa-apa kan menunggu?" tanyanya penuh cemas namun sedikit bahagia karena mendapatkan tiket tersebut.
"Ya tak apalah, yang penting aku nunggunya bersamamu sayang. Hehehe" jawabku.
"Baiklah kalau begitu, apa kau sudah memesan makanan sayang?" sambil memanggil salah satu pelayan.
"Belum, aku tak tahu akan mendapat tiket jam berapa jadi aku hanya memesan segelas jus alpukat tapi aku sudah memesan satu minuman kesukaanmu jus tomat namun sampai sekarang belum datang juga" perjelasku.
"Yasudah, Aku mau sirloin steak deh mbak pake mash potato. Kamu mau makan apa sayang?" tanyanya penuh perhatian.
"Aku ingin spaghetti carbonara satu ya. Makasi mbak" sambil menyodorkan menu.
Walaupun kami baru jalan 5 bulan, namun aku merasa kami sudah saling mengenal satu sama lain. Entah mungkin karena keluarga kami sudah pernah bertemu, ya mungkin saja karena faktor itu. Aku tak terlalu sering pergi berdua dengannya seperti ini, ya dia sibuk kuliah dan aku kelas 3 SMA. Jadi kami sedang sibuk-sibuknya belajar, 15 menitpun berlalu makanan kami sudah datang dan langsung di serang sampai habis.
Waktu menunjukan pukul 14.38 saatnya kami harus bergegas menuju bioskop untungnya kami tidak telat karena film baru dimulai 14.40.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Hari sudah semakin sore, matahari pun akan tenggelam dan di gantikan bulan. Diapun mengantarkan aku pulang. Sesampai dirumahku seperti biasa dia tak langsung pulang, turun sebentar untuk berpamitan dengan orang tuaku. Sangat manis perlakuannya, siapa yang tak meleleh jika memiliki seseorang seperti dia. Dia dapat di kategorikan laki-laki yang perfect. Tinggi, putih, bersih, pintar dan pastinya sopan menurutku dia adalah sosok laki-laki yang didambakan jutaan wanita di dunia. Betapa beruntungnya aku mendapatkannya.
Setelah di berpamitan pulang dengan orang tuaku aku langsung mengantarkannya ke depan, tak lupa sebelum memasuki mobilnya dia selalu mencium keningku dan berkata "i love you". Lalu dia memasuki mobil dan melajukan mobil sedan hitamnya.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pukul 23.29 tak satupun sms yang aku terima darinya, sudah 4jam berlalu sejak dia pulang dari rumahku. Ada apa dengannya? Apakah dia baik-baik saja. Perasaanku makin tak karuan saja, entah apa yang terjadi padanya namun tiba-tiba suara ponselku berdering menandakan - Mama Ardi -
"Hallo tante, ada apa menelfon saya malam-malam begini?" tanyaku bingung.
"Sayang....." jawabnya sambil menahan air mata.
"Kenapa tante? Kenapa menangis?" tanyaku panik.
"Ardi sayang... Ardi kecelakaan di jalan tol dan dia kritis sekarang" suaranya pilu.
Diamku beberapa saat mencari ketenangan.
"Sayang apa kamu bisa kemari? Tante tak ada yang menemani" tangisnya.
"Baik tante, saya akan mencoba meminta ijin pada orang tua saya. Rumah sakit dimana tante?" tanyaku menahan sedih dan panik.
"Rumah sakit W" jawabnya singkat.
"Baik tante, sebentar lagi saya bergegas kesana" sambil menutup telfonnya.
Perasaanku makin tak karuan, baru saja aku bertemu dengannya dan aku mendengar bisikan lembutnya. Mengapa? Mengapa harus dia Tuhan? Apa salah dia, mengapa tak orang lain saja? Aku harap kau bisa menjaganya untukku Tuhan. Sedihku dalam hati tak karuan, aku langsung mengambil kunci mobil dan melajukan ke rumah sakit W.
15 menit kemudian aku telah sampai di rumah sakit ini, aku berlari menuju ruang UGD namun tak ada Ardi maupun mamanya. Ternyata mereka sedang berada di ruang ICU, aku langsung memeluk mamanya entah mengapa kesedihanku makin berlarut saat memeluk mama dari Ardi. Aku tak tahu harus berkata apa lagi, aku sudah tak mampu berkata-kata hanya air mata yang bisa aku keluarkan saat ini. Menyesali tak mengingatkannya untuk lebih berhati-hati dijalan, namun apa yang bisa aku perbuat lagi? Penyesalanku tak akan merubah waktu kembali. Aku memang bodoh saat itu, aku benar-benar bodoh.
5 hari sudah berlalu, dan Ardi tak kunjung bangun kesehatannya tak juga membaik dan tak juga memburuk. 
"Dimana kamu sekarang sayang? Aku merindukanmu, sudah berhari-hari aku menunggumu untuk sadar. Apa yang salah denganmu? Aku sangat merindukanmu, aku tak tahu harus bercerita apa lagi. Tak tahu harus tertawa dengan siapa lagi. Saat ini aku hanya memilikimu sayang, apa kabarmu cinta? Aku harap kau cepat tersadar dalam mimpi burukmu ini" kata demi kata yang aku bisikin pada telinganya membuat air mataku jatuh dan tak mampu aku bendung lagi.
Aku sangat mencintainya Tuhan, apa yang harus aku perbuat? Aku tak ingin kehilangan orang-orang yang aku sayang. Aku berjanji jika Ardi tersadar dalam mimpi buruknya ini, aku akan senan tiasa menjaganya aku berani bersumpah dengan segenap jiwa ragaku. Aku sangat mencintainya Tuhan, aku mohon kau dengar pesanku ini.
Genap seminggu dia tak kunjung tersadar dalam mimpi buruknya, apa salahku? Mengapa aku selalu kehilangan orang-orang yang berada didekatku. Kemarin saja kakak kandungku sendiri meninggal akibat penyakit Jantung yang ia alami. Mengapa sekarang aku kembali hampir kehilangan orang yang sangat aku cintai. Aku ingin mengatakannya bahwa aku mencintainya, aku ingin dia kembali dan tersadar. Harus menunggu lebih lama lagi kah? Aku akan terus bersabar menunggunya Tuhan, tapi kau harus janji kau akan membuatnya tersadar dan hidup normal kembali.
Pukul 21.00 para dokter dan suster langsung berlarian menuju ruang ICU dimana Ardi dirawat. Ada apa ini? Mengapa semuanya berlarian? Apa aku akan kehilangannya sekarang? Tuhan aku tak mampu melihat apapun mendengar semuanya. Aku bergegas ke kantin rumah sakit sambil menangis.
"drrrtttt....drrtttt...." suara getaran ponselku 
"Halo" sapaku.
"Sayang kamu dimana? Ke ruang ICU sekarang ya" hanya sebentar aku mendengar sudah membuatku gugup setengah mati. Ada apa ini? Apakar kabar buruk? Penuh pertanyaan pada hatiku.
"Tante" sentuhku pada pundak Mama Ardi. "Ada apa tan? Kabar burukkah?"
"Sayang, Ardi sudah sadar doamu selama ini sudah di dengarkan oleh Tuhan ayo jenguk dia dan jangan lupa untuk berterimakasih padaNya"
Rasa senang bercampur haru tak mampu membuatku melontarkan satu katapun. Aku hanya mampu menangis terharu dan langsung memasuki ruang ICU. Mendapati Ardi sedang berbaring lemah membuatku kembali tak berdaya; sedih. 
"Ardi?" panggilku dengan lembut.
Dia hanya mampu melirikku, namun itu sudah lebih dari jawaban yang aku terima.
"Terimakasih Tuhan, kau sudah mengabulkan doa-doaku selama ini. Sayang, kamu jangan lupa untuk berterimakasih padaNya dia yang sudah mengabulkan permohonanku, Mamamu dan teman-temanmu" kataku lirih.
Ardi hanya tersenyum, mengangguk dan menahan air mata yang ia bendung.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Hari-hari pun aku lewati bersamanya seperti biasa, dan aku sedang menjalankan perjanjianku padaNya. Aku akan menjaga Ardi lebih hati-hati, aku sangat menyayanginya. Walaupun sekarang dia sedang sibuk PKL di desa-desa terpencil di pulau ini masih sangat bersyukur aku mendapat kabar darinya di siang hari dan malam hari sebelum tidur. Aku harap Tuhan menjaganya disana untukku :)

0 komentar:

Posting Komentar